Kamis, 26 Mei 2011

Satu dari 10 Wanita Menderita Kanker Payudara

Satu dari 10 wanita diperkirakan menderita kanker payudara, yang disebabkan oleh gaya hidup modern. Kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak di Indonesia, setelah kanker serviks.


Prof Tan Yah Yuen dari Singapura mengatakan, pendekatan baru operasi kanker payudara termasuk pengangkatan payudara dengan mempertahankan puting susu. Konservasi payudara ini dimungkinkan dengan bantuan pemeriksaan Sentinel Lymph Node, menggunakan gamma kamera SPECT yang bisa secara tepat melihat penyebaran sel kanker di kelenjar getah bening yang terjangkit saja. Fasilitas ini sudah tersedia di RS MRCCC Siloam Jakarta.


Hal ini terungkap dalam Simposium Penanganan Terkini Kanker Payudara, Hati dan Usus Besar. Acara ini diprakarsai RS MRCCC Siloam sebagai perwujudan nyata komitmen MRCCC Siloam memberikan pelayanan kesehatan yang baik untuk penanganan penyakit kanker. Jika ditangani dan diobati sejak dini, akan memberikan harapan hidup yang lebih baik. Disebutkan, deteksi dini pada kanker payudara termasuk screening dengan USG, mamografi, MRI payudara, biopsi, endoskopik breast surgery, image guided non surgical ablation untuk kanker ukuran kecil, perlu dilakukan untuk penanganan kanker sejak dini.







Simposium yang memberikan nilai tambah bagi praktisi kanker ini, menghadirkan sekitar 50 pakar kanker international, President World Gastroenterology Organization Prof. G.N.J Tytgat MD PhD dari Belanda; Prof. Harald J. Hoekstra MD, PhD – Profesor Surgical Oncology dari UNMCG Netherlands, dan Prof. Eisuke Fukuma MD PhD – Director of Breast Cancer, Kameda Medical Centre Jepang, dan pakar bedah kanker national Dr. Samuel Haryono SpB Onk (K).


Dalam simposium ini, ditampilkan juga Oncoplastic Surgery pada pasien kanker payudara oleh Dr. Samuel Haryono SpB Onk (K) bersama Prof. Eisuke Fukuma MD PhD, yg direlay secara live dari ruang operasi RS MRCCC untuk disaksikan 200 peserta dokter ahli bedah dan internist dari seluruh rumah sakit dan fakultas kedokteran dari seluruh Indonesia.


Hal lain yang diangkat sebagai topik dalam simposium dan workshop tiga hari ini adalah kanker hati dan usus besar.


Menurut Prof Pierce Chow, Asia Pasifik menanggung beban 70 persen dari seluruh insidens kanker hati (liver) dunia, disebabkan penyakit hepatitis viral kronis dan Hepatitis B (peradangan kronis pada jaringan hati karena disebabkan oleh virus). “Namun secara keseluruhan, hanya 5-15 persen dari pasien yang terdiagnosis menderita kanker hati dapat menjalani operasi pengangkatan kanker, karena adanya fungsi hati yang sudah menurun atau adanya sirosis hati,” tambah dr Irsan Hasan.


Pada pasien kanker hati yang tidak bisa menjalani operasi pengangkatan kanker, dapat dilakukan teknik ablasi lokal (dengan Percutaneus Ethanol Injection [PEI], Microwave Coagulation Therapy [MCT], dan Radiofrekuency Ablation [RFA]). Yang dimaksud dengan Microwave Coagulation Therapy adalah memanaskan sel tumor hingga suhu 600 sehingga sel tumor tersebut mati.


“TACE (Trans Arterial Chemo Embolization) digunakan sebagai terapi tambahan pada penderita kanker hati yang bersifat minimal invasif. Tujuan dilakukan terapi ini adalah mengecilkan sel tumor, meningkatkan kualitas hidup dengan pemberian kemoterapi dan menutup pembuluh darah yang memberi makan sel tumor,” ungkap dr. Soewandi A.H dari RS MRCCC Siloam Jakarta.


Pencegahan terjadinya kanker hati pada seseorang, yaitu dengan imunisasi rutin hepatitis B, pemeriksaan AFP, USG perut, diagnosis dini dan pengobatan dini hepatitis B. Dengan adanya diagnosis dini dan pengobatan dini hepatitis B, akan memperpanjang survival dan memungkinkan deteksi dini kanker hati. Kanker hati yang terdeteksi dini akan memiliki tingkat kesembuhan yang lebih tinggi.


Kanker Colorectal (usus besar) disebabkan antara lain: faktor keturunan (genetik), adanya riwayat sebelumnya pasien menderita tumor jinak pada usus besar, pasien yang menderita peradangan usus (Inflamantory Bowel Disease), selain itu diet dan paparan terhadap zat-zat tertentu memudahkan dalam timbulnya kanker pada seseorang.


“Semakin dini ditemukan jaringan kanker, kondisi ini memberikan hasil akhir yang lebih baik bagi pasien, serta menurunkan tingkat kematian pada pasien. Metode-metode yang digunakan untuk deteksi dini kanker usus besar, di luar biopsi, antara lain: endoskopi, chromoskopi, endoskopi autofluorescent, narrow band imaging, dan endomicroscopy,” jelas Emer Prof GNJ Tytgat, President World Gastroenterology Organization dari Belanda.


“Terapi dari kanker usus besar ini adalah operasi terbuka, operasi laparoskopi (operasi dengan menggunakan fiber optik yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien. Operasi ini memungkinkan irisan pada kulit yang lebih sedikit dan tingkat perawatan di rumah sakit lebih singkat), kemoterapi, dan terapi target,” kata dr Errawan R. Wiradisuria.


“Keberhasilan pengobatan dan terapi kanker tentunya ditopang olehalat kesehatan mutakhir. RS. MRCCC Siloam telah memiliki alat LINAC IX untuk radiotherapy patient kanker dengan tehnology IMRT, yang memungkinkan radiasi yang tepat sasaran pada sel kanker, ditunjang PET/CT sebagai teknologi mutakhir dalam mendeteksi kanker. Ini berperan besar dalam menentukan staging awal penyakit kanker serta evaluasi keberhasilan terapi (baik chemo, radiasi dan bedah). Hal lain, PET/ CT dapat juga untuk menilai kekambuhan / metastase ( penyebaran ) sel kanker dalam tubuh,” demikian Dr Eko Purnomo SpKn dan Hanny Moniaga, CEO RS. MRCCC Siloam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar