Sabtu, 29 Januari 2011

Wajah Ramah Prajurit TNI

Lagu ”I Gotta Feeling” dari Black Eyed Peas dengan irama diskonya mulai mengentak, mengiringi langkah para model yang berjalan di ”catwalk”. Sesekali mereka berhenti untuk berpose dengan menampilkan ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang gagah dan sedikit angkuh.

Kok gagah? ”Ya, susah juga kan. Masak senyum-senyum terus, ini kan baju militer,” kata Letnan Ari Yusviqi dari Pusat Penerangan TNI, yang melatih para anggota TNI ini berjalan di atas catwalk. Kali ini memang para anggota TNI sendiri, sebagai pengguna sehari-hari seragam itu, yang menampilkan 80 seragam dari Angkatan Darat, Laut, dan Udara.

Lokasinya juga supereksklusif, yaitu di atas kapal perang KRI Banjarmasin 592, kapal terbaru milik TNI AL yang baru selesai diproduksi PT PAL akhir tahun 2010. Di atasnya, langit memayungi perlayaran dari Jakarta ke Kepulauan Seribu, pulang-pergi, Minggu (16/1). Tidak dinyana, peragaan menjadi kejutan dalam acara perkenalan Kepala Pusat Penerangan TNI Marsekal Muda Iskandar Sitompul dengan para pemimpin redaksi media massa.

Peragaan busana dibuka dengan dua marinir berpakaian hitam-hitam yang turun bergantungan terbalik dengan tali. Selanjutnya, deretan baju pakaian dinas harian (PDH) diperagakan enam prajurit, perempuan dan laki-laki dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Marinir, dan Paskhas, tampil ke depan. Para prajurit tamtama hingga perwira menengah yang memeragakan berjalan dengan langkah percaya diri setelah berpose bersama di awal panggung.

Para peserta pelayaran yang sebagian besar dari PT Datascript yang ikut menjadi penyelenggara acara ini berlarian ke arah panggung. Para prajurit pun tak mau kalah. Mereka malah menuruni tangga panggung dan berpose di antara penonton. Wajah mereka, walau tidak galak, tetap terlihat dingin dan sedikit angkuh. ”Ganteng-ganteng juga ya,” kata seorang gadis muda berkulit putih pada temannya.

Seusai seragam loreng-loreng itu ditampilkan, giliran pakaian resmi, yaitu pakaian dinas upacara. Ada empat golongan pakaian dinas upacara (PDU). PDU I biasa dipakai pada upacara pelantikan, peringatan Hari Pahlawan, atau acara pernikahan. Khusus untuk yang dari AL dilengkapi dengan pedang keemasan. Sementara PDU II dipakai untuk menghadiri resepsi yang diselenggarakan angkatan perang negara asing yang berada di Indonesia. Dijelaskan juga ciri khas beberapa seragam, seperti seragam Polisi Militer, di ketiga angkatan selalu berbaret biru dengan ikat pinggang putih.

Yang menarik perhatian tentunya prajurit-prajurit perempuan, seperti wanita Angkatan Udara (wara) yang hadir dengan overall warna oranye mencolok, seragam penerbang. Ada juga yang menjadi mekanik pesawat dan ada juga pramugari yang tersenyum manis, serasi dengan aksen pita kerut-kerut yang ia kenakan sebagai dasi.

Para model ini berpose dengan karakter masing-masing. Ada anggota Kopassus yang tangannya dilipat di dada. Ada juga prajurit berbaret hijau yang mengangkat tangan membentuk siku-siku dan memamerkan otot bisepsnya. Perempuan-perempuannya juga tidak mau kalah. Tampil dengan seragam loreng yang merupakan pakaian dinas lapangan yang dipakai di antaranya untuk jaga malam ksatrian, para Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad), Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal), dan Wara terlihat independen.

Yusviqi menuturkan, mereka tidak sempat latihan banyak. Hanya sempat dua jam latihan untuk semuanya di Mabes TNI. Lalu diulang beberapa jam sebelum tampil di atas kapal. Itu pun dengan tata panggung yang berubah. Untuk mengakalinya, para prajurit yang bakal menjadi model malam itu diminta mulai memerhatikan majalah-majalah fashion. Tak heran, pose mereka kemudian bisa bervariasi juga. ”Tadinya mereka gugup juga. Eh begitu banyak kamera yang foto-foto, ternyata sadar kamera juga. Eksis dan narsis,” cerita Yusviqi.

Aksi paling galak muncul saat para pasukan khusus antiteror dari ketiga angkatan muncul menjelang akhir peragaan busana. Tanpa senyum sedikit pun, kacamata hitam, dan seragam hitam-hitam, mereka membidikkan senapannya ke arah penonton. Toh, habis itu mereka ramah juga saat didaulat untuk berfoto-foto dengan penonton.

Iskandar Sitompul yang menggagas acara itu ingin supaya seragam TNI dikenal masyarakat. Satu hal ia akui, seragam itu tidak ada perancangnya. Secara internasional, walau ada konsensus, juga tidak mengikat seratus persen. ”Biasanya kita ikutin aja dari luar negeri, misalnya dasi kupu-kupu untuk pakaian resmi, ya itu yang kami tiru,” cerita Iskandar.

Kepala Dinas Penerangan Umum Kolonel Minulyo bercerita, konsep seragam yang dibuat adalah kelompok kerja di masing-masing angkatan. Semua spesifikasi seragam dibukukan secara teknis dalam buku panduan Pakaian Dinas TNI.

Kalaupun pernah ada perubahan rancangan, itu karena segi kepraktisan saja tanpa ada konsep desain yang kuat di dalamnya. ”Dulu pangkatnya, misalnya, pakai logam, sekarang kan dibordir,” katanya.

Ada juga perubahan karena fungsi. Namun, ini lebih karena kiblat seragam, seperti AS juga mengubah bentuknya. Hal ini, misalnya ada perubahan pada kantong yang tadinya lurus, jadi miring di pakaian dinas lapangan, karena kantong yang miring lebih gampang untuk diraih daripada kantong yang mulutnya lurus horizontal.

Padahal, seragam selain menunjang fungsi, juga memiliki fungsi estetika, terutama untuk pakaian dinas yang dipergunakan untuk resepsi resmi dengan negara sahabat. Penambahan aksen, seperti batik atau tenun ikat dengan konsep yang jelas sehingga tidak menghilangkan citra militer yang tegas, akan memperkuat fungsi duta bangsa TNI di mata rekan-rekan militer negara lain.

sumber: http://cetak.kompas.com/read/2011/01...ramah.prajurit

=======================================

ada formilers yg hadiri acara ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar