Rabu, 17 Agustus 2011

A Life Without Limits

Bagaimana jika kita menjalani hidup tanpa batas? Maksud saya bukanlah hidup tanpa norma dan etika, tapi hidup tanpa BATAS!


Jika kita hidup dalam sebuah kehidupan yang terkurung dan terbatas, kita harus bertanya pada diri kita sendiri, “Mengapa hal itu bisa terjadi?” Alkitab berbicara tentang apa yang BISA kita lakukan dan bukannya apa yang TIDAK BISA kita lakukan! Tapi bukankah kita (orang Kristen) tidak melihat seperti itu? Kita telah salah mengartikan atau menyalahgunakan Firman-Nya untuk menciptakan batasan di dalam kehidupan kita. Seolah-olah kita justru membatasi Yesus yang jelas-jelas hidup, mati dan bangkit dari kematian!


Saya sering melihat putra kecil saya berlari dan bermain. Dia tahu batasannya (untuk tetap di halaman), tetapi dia tidak membatasi dirinya. Putra saya masih terlalu kecil untuk memahami mengapa ia memiliki bekas luka dari tenggorokan sampai melewati pusarnya. Dia bahkan tidak menyadari bahwa bekas luka itu ada… bekas luka itu baginya adalah sesuatu yang normal. Putra saya tidak pernah tahu bahwa ia terlahir dengan jantung tak berkatup dan perut yang terbuka.












Putra saya tahu kalau dirinya suka berlari, dan dia melakukannya! Fakta bahwa ia telah menjalani tiga kali operasi perut, operasi jantung tanpa katup dan dirawat darurat di empat rumah sakit yang berbeda di tahun-tahun pertama hidupnya tidak menghentikan kesukaannya sama sekali. Dalam pikirannya, tidak ada yang bisa membatasi dirinya.


Seperti itulah Tuhan menciptakan kita. SETIAP kita memiliki bekas luka yang berbeda-beda. Sangat sedih untuk dikatakan, namun kenyataannya bekas luka fisik dan luka emosional adalah bagian dari kehidupan yang kita jalani. Di sisi lain, bekas luka ternyata berdampak lebih kuat daripada luka itu sendiri ketika baru saja terjadi.


Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
 
(2 korintus 12:10)

Kita tidak harus dibatasi oleh bekas luka yang kita miliki, dan kita juga tidak harus dibatasi oleh apa yang kita PIKIRKAN. Tuhan berkata kita tidak bisa atau tidak harus melakukannya.


Ketika saya masih kecil, saya membuat sebuah permainan yang saya namakan ‘Bagaimana jika?’ Permainan itu seperti ini… Bagaimana jika saya dapat terbang? Maka saya bisa melihat SELURUH dunia! Bagaimana jika saya bisa lari terus tanpa berhenti? Maka saya bisa mengunjungi 48 negara bagian di Amerika! Bagaimana jika saya tidak harus menghabiskan waktu dengan tidur atau makan? Maka lebih banyak hal yang bisa saya capai dengan melakukan lebih banyak hal! Coba perhatikan pertanyaan saya ini, “Bagaimana jika saya tidak membatasi hidup saya?” Maka jawaban dari pertanyaan itu akan menjadi, “Saya bisa hidup secara maksimal!”


Pertanyaan saya adalah ini, “Dengan cara apa Tuhan telah membatasi kita?”


Dia memberikan kasih-Nya bagi kita. Dia memberikan Putra-Nya untuk membayar jalan-Nya bagi kita. Dan Dia memberikan Roh Kudus untuk memampukan kita hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Dimana batasannya? Kita memiliki izin, tiket dan kuasa untuk menjalani hidup tanpa batas. Jadi, lakukanlah!


 


Mari kita hidup semata-mata termotivasi oleh kasih-Nya. Mari kita menjalani kehidupan yang diarahkan oleh mata-Nya. Mari kita tolak rasa takut, rasa bersalah dan keraguan dengan mendengarkan suara-Nya. Mari kita izinkan Dia untuk mengajari kita bagaimana menjalani hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Tuhan telah memampukan kita untuk mencapai apa yang baik, benar dan indah. Mari kita miliki perspektif Allah dan menjalani hidup dengan perspektif itu.


Sangat masuk akal bagi kita untuk hidup dalam batasan (hidup menjauhi dosa) yang diatur-Nya demi keselamatan dan kesejahteraan kita. Tapi bagaimana jika kita tidak membatasi kasih kita? Bagaimana jika kita tidak begitu protektif dalam menjalani hubungan? Bagaimana jika kita tidak takut gagal ataupun sukses? Bagaimana jika kita memiliki hikmat-Nya? Bagaimana jika kita langsung patuh pada bisikan-Nya? Bagaimana jika kita memberikan kata-kata penguatan kepada orang yang sedang terluka? Bagaimana jika kita berani berdoa bagi kesembuhan seseorang meskipun kita tidak merasa bahwa kita memiliki iman yang cukup untuk menyembuhkannya? Daftar-daftar ini tidak ada habisnya bukan?


 


Allah telah memberikan sebuah kehidupan yang tak terkira kepada kita. Yesus berkata, “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.” (Yohanes 8:36) Yesus telah diurapi untuk “menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin”. Yesus diutus untuk “memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas dan untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Lukas 4:18-19). Jika kita hidup tanpa batas, bukankah sangat beralasan jika orang lain seharusnya menerima dampaknya dan hidupnya diubahkan?


Saya masih dapat mengingat dengan jelas ketika anak saya berlari dengan kelainan jantung yang diidapnya. Dia telah menjadi seorang pemuda saat ini, dan dia telah menjadi pengingat bagi saya bahwa kami melayani Allah yang tidak terbatas. Tuhan telah memampukan kita dengan Roh-Nya untuk hidup di luar batas.


Sumber : Gail Casteen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar